AJARAN BUDDHA DHARMA TENTANG ETIKA (SILA)
RESUME
KELOMPOK 5
Ismail Sholeh : 1113032100040
Sukmaya: 1113032100043
Wahid muhammad : 1113032100068
Usup mardani: 1113032100072
Yudi attahrim: 1113032100060
A.
Pengertian
Sila
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang artinya “sifat”
atau “adat kebiasaan”. Menurut KBBI etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral.
Pelaksanaan sila dalam agama Buddha adalah merupakan suatu
kebijakan moral, etika atau tata tertib dalam menjalani kehidupan kita sebagai
manusia sehingga mampu bertingkah laku secara baik dan benar bagi diri sendiri,
orang lain, bahkan seluruh alam semesta beserta isinya.
Sila dalam buku-buku agama Buddha sering diterjemahkan sebagai
“moral, kebajikan, atau perbuatan baik”. Ajaran Buddha tentang sila adalah
etika Buddhis, petunjuk dan latihan moral yang membentuk perilaku baik. Menurut
kosa kata bahasa Pali, “sila” dalam pengertian luas padanannya adalah “etika”
dan dalam pengertian sempit padananya adalah “moral”.
Sehingga umat Buddha dianjurkan untuk melaksanakan semua sila.
Buddhaghosa dalam kitab Visuddhimagga menafsirkan sila sebagai berikut:
pertama, sila menunjukkan sikap batin atau kehendak (cetana). Kedua, menunjukkan
penghindaran (virata) yang merupakan unsur batin (cetasika). Ketiga, menunjukan
pegendalian diri (samvara) dan keempat menunjukkan tiada pelanggaran peraturan
yang telah ditetapkan (avitikhama).
B.
Macam-macam
sila:
1)
Dengan
mengetahui betapa dalamnya hidup kita saling terkait, saya berusaha berlatih
melindungi kehidupan.
2)
Dengan
mengetahui betapa dalamnya hidup kita saling terkait, saya berusaha berlatih
hanya mengambil apa yang diberikan pada saya tanpa pamrih.
3)
Dengan
mengetahui betapa dalamnya hidup kita saling terkait, saya berusaha berlatih
menjaga hubungan dan menghindari perilaku seksual yang keliru.
4)
Dengan
mengetahui betapa dalamnya hidup kita saling terkait, saya berusaha berlatih
berbicara baik dan jujur.
5)
Dengan
mengetahui betapa dalamnya hidup kita saling terkait, saya berusaha berlatih
melindungi kejernihan pikiran dengan menghindari hal-hal yang membuat kecanduan
Selain itu dalam Buddhisme Mahayana juga menjabarkan lebih lanjut
dalam Sad Paramita yaitu Sila Paramita
dengan hal-hal yang pantang dilakukan sebagai 10 (sepuluh) perbuatan
buruk sebagai mana tercatat dalam
Dasabhumika Sutra, Satasaharrika Prajnaparamita dan Maha Vyutpatti
yaitu:
I.
Pantangan
Membunuh
Pantangan membunuh ini dapat dijabarkan dengan tidak membunuh
ataupun menyiksa tubuh atau badan yang mengandung kehidupan, yang besar atau
yang kecil, yang berdosa atau tidak berdosa, selama makhluk itu masih hidup.
Sila ini mengajarkan agar kita selalu memiliki sifat cinta kasih dan kasih
saying terhadap semua makhluk hidup.
II.
Pantangan
Mencuri
Pantangan mencuri dapat diartikan bahwa kita tidak boleh mengambil
atau memiliki sesuatu apakah berharga ataupun tidak berharga apabila tidak
diijinkan oleh pemiliknya. Pelaksanaan ini akan mengkibarkan kita selalu merasa
puas terhadap apa yang telah kita miliki.
III.
Pantangan
Melakukan Perbuatan Perzinahan
Pantangan melakukan perbuatan perzinahan dapat diartikan tidak
melakukan persetubuhan dengan pasangan yang bukan merupakan suami atau istri
sendiri. Sila ini mengajarkan agar kita tidak terjerumus dalam hahwa nafsu
birahi yang rendah.
IV.
Perbuatan
Yang Pantang Untuk dilakukan Oleh Ucapan
Yaitu suatu pantangan perbuatan yang dilakukan melalui ucapan.
Tetrdapat 4 (empat) perbuatan yang pantang dilakukan yaitu pantang berdusta,
pantang menyebarkan isu yang tidak benar, pantang mengucapkan kata-kata kotor
dan pantang melakukan pembicaraan yang sia-sia.
V.
Pantang
Berdusta
Pantang
berdusta berarti kita harus berbicara secara jujur, dimana dengan kekuatan
kejujuran tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk menghadapi segala rintangan.
Sila ini mengajarkan agar kita senantiasa berterus terang dan bersifat
konsekuen terhadap segala sesuatu yang telah diucapkan.
VI.
Pantang
Menyebarkan Isu Yang Tidak Benar
Hal ini berarti kita tidak
boleh menyebarkan berita-berita yang tidak benar (palsu) dengan tujuan merugikan
orang lain, menimbulkan pertentangan dan perpecahan kelompok/masyarakat.
VII.
Pantangan
Mengucapkan Kata-kata Kotor
Pantangan ini dapat diartikan agar kita tidak mencaci maki dengan
kata-kata kasar, kotor, tajam, penuh penghinaan ataupun yang dapat menyinggung
perasaan seseorang. Sila ini mengajarkan agar kita dapat bersifat sopan santun,
sabar, dan penuh kewibawaan serta kebijaksanaan.
VIII.
Pantangan
Melakukan Pembicaraan Sia-sia
Artinya segala pembicaraan yang kita lakukan haruslah dipikirkan
terlebih dahulu dan tidak melakukan suatu pembicaraan yang tidak berguna.
IX.
Pantangan
Memikirkan Nafsu Serakah
Pantangan ini dapat diartikan bahwa kita janganlah memikirkan
sesuatu untuk memenuhi keinginan dalam memiliki sesuatu yang tidak baik atau
sesuatu yang bukan milik atau hak kita.
X.
Pantangan
Berniat Jahat
Pantangan berniat jahat dapat diartikan bahwa kita janganlah mempunyai pikiran untuk berbuat jahat
sehingga tidak terperangkap dalam niat jahat tersebut yang dapat mendorong kita
untuk melakukan perbuatan jahat tanpa kita sadari.
XI.
Pantangan
Berpandangan Sesat\
Hal ini dapat diartikan
bahwa kita janganlah berpandangan yang keliru terhadap segala sesuatu.
Jadi jelaslah bila kita
menjalankan sila dengan baik maka kita akan mendapat kebahagiaan, dan
apabila jika berbuat jahat maka akan
menderita. Adapun manfaat/faedah dari sila, Sang Buddha bersabda dalam kitab suci MAHA PARI NIBHANA SUTTA sebagai
berikut:
1.
Sila
menyebabkan seseorang banyak harta.
2.
Nama
dan kemsyhuran akan tersebar luas.
3.
Menjadikan
seseorang tenang (tanpa ketakutan, tanpa keraguan, dan tidak takut di cela
orang dimanapun dia berada).
4.
Menjadikan
seseorang tenang di saat menghadapi ajalnya sekalipun.
5.
Akan
terlahir di alam bahagia.
6.
Menjadi
orang yang dicintai oleh makhluk-makhluk lain.
Perlunya etika timbul dari kenyataan bahwa manusia tidak sempurna;
ia harus melatih dirinya untuk menjadibaik. Jadi moralitas menjadi aspek paling
penting dalam kehidupan. Etika umat Buddha bukanlah patokan
asal-asaloan yang ditemukan orang untuk tujuan manfaatnya sendiri.
Etika umat Buddha tidak berlandaskan pada adat social yang berubah
tetapi pada hukum alam yang tidak
berubah. Nilai-nilai etika umat Buddha pada hakikatnya adalah
bagian dari alam dan hukum tetap sebab
akibat moral (kamma).
Sila pertama kali diajarkan oleh Sang Buddha kepada lima petapa
yang bernama Assajji, Vappa, Bhadiya,kondanna, dan Mahanama sewaktu menjabarkan
Empat Kesunyataan Mulia (Cattaro Ariyasaccani) yangkemudian disebut
Dhammacakkapavattana Sutta.
C.
Catur
Mara
Mara ialah sifat-sifat setan yang ada pada diri manusia.
sifat-sifat itu ialah sifat yang mengundang kejahatan dan
kegelisahan hati seperti, marah, dendam, curiga, dan lain-lain.
Sedangkan catur mara artinya empat sifat
Setan/jahat.
ü Dosa: ialah kebencian yang menjadi akar dari perbuatan jahat
(akusala-kamma) dan akan lenyap bila dikembangkannya metta. Dosa ini secara
etika (ajaran tentang keluhuran budi dan peraturan kesopanan) berarti
kebencian. Tetapi secara psikologi (kejiwaan) berarti pukulan yang berat dari
pikiran terhadap objek yang bertentangan. Mengenai ini terdapat dua macam nama
yaitu:
1.
Patigha=
Jijik atau tidak senang.
2.
Vyapada=
Kemauan Jahat.
ü Lobha: Ialah serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat
(akusalakamma) dan akan lenyap bila dikembangkannya karuna. Lobha ini secara
etika berarti keserakahan/ketamakan.
ü Issa: Ialah iri hati yaitu perasaan tidak senang melihat makhluk
lain berbahagia yang menjadi akar dari perbuatan jahat dan akan lenyap bila
dikembangkannya mudita.
ü Moha: Ialah kegelisahan batin sebagai akibat dari perbuatan dosa,
lobha dan Issa, akan lenyap bila dikembangkanya upekkha. Moha berarti kebodohan
dan kurangnya pengertian. Selain daripada itu Moha juga disebut Avijja=
Katidak-tahuan. Atau Annaha= tidaak berpengetahuan, atau Adassana= Tidak
Melihat.
D.
Catur
Paramitha
Catur Paramitha ialah sifat-sifat ketuhanan yang ada pada diri
manusia. Sedangkan Catur Paramitha ialah empat
sifat ketuhanan:
1.
Metta:
Ialah cinta kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan baik
(Kusala-Kamma). Bila ini berkembang dosa akan tertekan.
2.
Karuna:
Ialah kasih sayng universal karena melihat suatu
kesengsaraan yang menjadi akar dari perbuatan baik. Bila ini berkembang lobha
akan tertekan.
3.
Mudhita:
Ialah perasaan bahagia universal karena melihat makhluk lain bergembira yang
menjadi akar dari perbuatan baik. Bila ini berkembang issa akan tertekan.
4.
Upekha:
Ialah keseimbangan batin universal sebagai hasil dari melaksanakan metta,
karuna, mudhita dan upekha juga merupakan akar dari perbuatan baik. Bila ini
telah berkembang moha akan tertekan. Bahkan akan lenyap.
E. Hubungan sila dengan catur paramitha
Sila
bertujuan untuk memperoleh suatu penghidupan yang bahagia dan harmonis bagi
orang itu sendiri dan juga untuk orang-orang disekelilingnya. Sila dapat dilaksanakan dengan baik apabila pikiran penuh
dengan catur paramitha.
Pelaksanaan
aturan moralitas Buddhis bagi umat awan bertujuan untuk memperoleh
kedamaian dan ketenangan bagi diri sendiri maupun orang lain. Sila adalah
langkah terpenting dalam menjalani kehidupan untuk mencapai peningkatan batin
yang luhur.
Untuk
memperoleh kesempurnaan ada 2 macam sifat luhur yang harus dikembangkan
bersamaan yaitu : metta / karuna (cinta kasih), panna( kebijaksanaan) Dari
matta/ karuna dan panna dapat dilihat bahwa cinta kasih dan kebijaksanaan
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Komentar
Posting Komentar