AJARAN HINDU DAN BUDDHA DHARMA TENTANG MANUSIA DAN ALAM



AJARAN HINDU DAN BUDDHA DHARMA TENTANG MANUSIA DAN ALAM

RESUME
KELOMPOK 5
Ismail Sholeh : 1113032100040
Sukmaya: 1113032100043
Wahid muhammad : 1113032100068
Usup mardani: 1113032100072

Ø  AJARAN HINDU DHARMA TENTANG MANUSIA DAN ALAM
A.    Penciptaan Manusia
Dari segi arti katanya, manusia berasal dari kata manushya, artinya "Makhluk yang memiliki pikiran." Manusia memiliki kesempurnaan peralatan untuk mengatur dirinya menemui penciptanya, yaitu Tuhan. Manusia menurut ajaran agama Hindu terdiri dari tubuh dan jiwa atau roh. Tubuh merupakan wujud yang kelihatan dan yang bersifat fana. Ada saatnya nanti tubuh ini mengalami kebinasaan. Sedangkan jiwa atau roh itu bersifat kekal. Hal ini dapat dilihat dari petikan kitab Bhagawad Gitta II.16 dan Bhagawad Gitta II. 20 di bawah ini:
"Apa yang tak akan pernah ada; apa yang ada tak akan pernah ada; apa yang ada tak akan pernah berhenti ada; keduanya hanya dapat dimengerti oleh orang yang melihat kebenaran. Yang tak pernah lahir dan mati; juga setelah ada tak akan berhenti ada, tidak dilahirkan, kekal, abadi, selamanya, tidak mati dikala tubuh jasmani mati."
Dalam zaman Brahmana diuraikan bahwa manusia terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang tampak dan tak nampak. Bagian yang tampak disebut rupa, yang tersusun dari lima unsur, yaitu: rambut, kulit, daging, tulang, dan sum-sum. Bagian yang tidak nampak disebut nama, terdiri dari unsur-unsur yang menentukan hidup. yaitu: nafas (prana atau atman), akal (budhi), pemikiran (manas), penglihatan (caksu), dan pendengaran (strotra). Manusia memiliki lima alat pengindraan (Buddhendriya), yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Juga memiliki lima alat bertindak (karmendriya), yaitu: tangan, alat melahirkan (upastha), alat mengeluarkan (payu), kaki, lidah.
Manusia tediri dari lima skandha (skandha artinya tonggak). Kelima skandha tersebut ialah rupa, wedana, sanna, sankhara, dan winnana. Rupa adalah kerangka anatomis atau alat badani kita, yaitu baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Sanna ialah pengamatan dari segala macam, baik yang rohani maupun yang jasmani, yang dengan perantara indra masuk ke dalam kesadaran. Sankhara adalah suatu skandha yang sangat kompleks, yang di dalamnya mengandung kehendak, keinginan dan sebagainya yang menjadikan skandha ini dapat menyusun gambar atau khayalan dari apa yang diamati. Winnana adalah kesadaran. Yang disebut jiwa sebenarnya adalah kelima skandha ini bersama-sama atau satu persatu.
Dalam diri manusia terdapat atman. Atman tersebut diselubungi oleh beberapa selubung, yaitu dari luar ke dalam: Selubung yang terdiri dari makanan atau tubuh sebagai selubung jasmani (Annamaya atman); Selubung yang di bawah selubung jasmani, yaitu selubung yang di tempati nafas hidup atau prana, yaitu selubung nafas ni (Pranamaya atman); Selubung yang lebih mendalam lagi, yaitu selubung akali (Manomaya atman); lalu terdapat selubung yang terdiri dari kesadaran (Wijnanamaya atman); dan bagian terdalam terdapat atman dalam keadaan bahagia (Anandamaya atman) yaitu inti sari manusia.

B.     Penciptaan Alam

Dalam agama Hindu, ajaran mengenai alam semesta tidak begitu jelas. Pengajaran mengenai alam semesta tercakup dalam Kitab Agama atau kitab-kitab tantra. Pokok pengajaran mengenai kitab-kitab ini membicarakan mengenai penciptaan alam semesta, penyembahan dewa-dewa, jalan mencapai kesaktian, dan persekutuan dengan zat yang tertinggi. Dunia ini keluar dari Brahman, melalui persekutuan antara purusa (jiwa atau inti pribadi perseorangan, yang tidak berubah dan tidak aktif) dan prakrti (bukan jiwa yang badani atau asas yang bersifat kebendaan, tetapi yang dalam keadaan yang semula mewujudkan suatu kesatuan yang tanpa pembedaan). Prakrti mengandung didalamnya triguna atau tiga tabiat, yaitu: sattwa (tabiat terang), rajas (tabiat penggerat), dan tamas (tabiat yang gelap, masa bodoh, malas, dsb). Karena hubungan praktri dengan purusa, nisbah (rasio) antara ketiga tabiat tadi berubah-ubah, yang menyebabkan berkembangnya dunia yang beraneka ragam ini.
Penciptaan hanya suatu ragam saja dari penjelmaan ilahi. Dunia yang mengalir dari Brahman itu terdiri dari mahabrahmanda atau makrosmos dan bratbrahmanda atau mikrosmos. Mengenai penciptaan ini terdapat berbagai pandangan. Dalam kitab Bhagawad Gitta III.10 dijelaskan mengenai hal ini, sekalipun masih samar-samar:
"Dahulu kala Hyang Widhi menciptakan manusia dengan jalan yadhnya dan bersabda dengan ini engkau akan berkembang dan mendapatkan kebahagiaan atau khamaduk sesuai dengan keinginanmu."
(Sumber: Tony Tedjo, Mengenal agama Hindu, Buddha, Khong Hucu, (Pionir Jaya, Bandung: 2011)
C.     Hubungan Manusia dan Alam
Hindu dalam hal ini Veda amat kaya akan konsep yang diulas secara sistimatis dan diakui bersama. Salah satunya adalah konsep Rta dan Yajna dimana ini merupakan perlambang adanya hubungan timbal balik antara manusia dengan alam dan berbagai ciptaan yang lain dimana semua memiliki arti penting yang sama dalam menjaga ekosistim, yang ketiganya saling membutuhkan satu sama lain, dan saling memberi dan menerima. Ini berbeda dengan kepercayaan lain yang menempatkan manusia sebagai superior dalam ciptaan atau penikmat dari segala yang diciptakan dimana konsep ini memiliki sisi lemah dimana manusia dapat menjadi arogan dan menempatkan alam dan ciptaan yang lain hanya sebagai sapi perahan, manusia hanya mengambil keuntungan dari alam dan ciptaan yang lain tanpa memperhatikan keberlangsungan dari alam tersebut, ini lah terjadi pada saat ini. Kini alam perlahan sudah tidak ramah lagi pada manusia, bencana demi bencana kini hadir, lalu apakah ini cobaan dari Tuhan? Menurut saya ini adalah dampak dari mulai tidak akrabnya manusia dengan alam, manusia berkembang dengan tidak memperdulikan alam.
Secara lebih rinci konsep-konsep dasar agama Hindu tentang hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan hidup dimulai dari konsep “Rta” dan “ Yadnya”.
Rta Sebagai bagian imanen (tak terpisahkan) dari alam. Manusia pada setiap tahap dalam kehidupannya dikuasai oleh fenomena dan hukum alam.
Yadnya merupakan hakikat hubungan antara manusia dengan alam yang terjadi dalam keadaan harmonis, seimbang antara unsur-unsur yang ada pada alam dan unsureunsur yang dimiliki oleh manusia. Hubungan timbal balik antara manusia dan alam harus selalu dijaga, salah satu cara yang dipakai untuk menjaga hubungan timbal balik ini.
Ø  AJARAN BUDDHA DHARMA TENTANG MANUSIA DAN ALAM
a)      Penciptaan Manusia
Dalam agama Buddha, manusia ada bukan merupakan hasil ciptaan, melainkan akibat dari proses yang terjadi terus-menerus, sehingga akhirnya terbentuklah manusia. Proses keberadaan manusia ini dipengaruhi oleh ajaran mengenai alam semesta. Adanya manusia adalah dari proses cahaya yang nantinya akan lahir kembali dan berubah dari suatu keadaan kepada keadaan lain, sampai adanya manusia. Keberadaan manusia ini sangat dipengaruhi oleh sebab dan akibat.
Proses sebab akibat ini dikenal dengan proses tumimba lahir. Proses tumimba lahir adalah sebab musabab yang saling bergantungan. Proses ini berhubungan dengan bagaimana mengatasi penderitaan hidup yang berulang-ulang, tanpa mempedulikan asal-usul kehidupan yang pertama. Segala sesuatu yang terjadi tergantung pada kejadian yang mendahului atau mengkondisikannya, inilah yang disebut sebab. Manusia akan mengalami kelahiran kembali dan keadaannya akan tergantung pada karmanya (perbuatannya) dikehidupan yang lalu.
Agama Buddha lebih menekankan peranan manusia itu sendiri untuk mendatangkan hal-hal yang baik atas dirinya sendiri maupun kejadian apa yang akan dialaminya (karma). Mengenai nyawa, Buddha mengemukakan ajarana antta, yakni ajaran mengenai tidak adanya nyawa, tidak adanya aku. Dunia yang ditanggapi oleh panca indra ini bagi kita merupakan sejumlah makhluk-makhluk yang hidup dan substansi-substansi yang mati. Sesungguhnya semua itu tidak ada, melainkan hanya dharma, unsur-unsur keadaan atau tenaga-tenaga saja. Semua itu fana, tidak ada satupun yang kekal. Inilah sengsara atau penderitaan kita, bahwa kita ini tidak tahu akan hal itu (awidya). Kita harus belajar mengerti, bahwa tiap-tiap makhluk hidup itu hanya suatu rangkaian kombinasi unsur-unsur yang daripadanya segala sesuatu terdiri, rangkaian dharma-dharma.
Dharma-dharma itu terbagi atas lima golongan yang disebut dengan skanda: Rupa, yaitu badan, yang badani, benda (materi); Vedana berupa perasaan-perasaan; Samnya, berupa angan-angan bayangan -atau tanggapan; Samskara, berupa tenaga penggerak, kemauan atau nafsu-nafsu yang menyebabkan karma; Vinaya, yaitu mengenani kejelasan atau kesadaran.
Kehidupan manusia ini diibaratkan seperti rantai. Ada 12 mata rantai kehidupan manusia: Avijja (kebodohan batin), Sankhara (bentuk-bentuk karma), Patisando Vinarna (kesadaran), nama dan raga (batin dan jasmani) Salayatana (enam landasan India), Phassa (kortex), Vidana (perasaan); Tantra (nafsu keinginan); Upadana (melekat), Bhava (terus menjadi tumbuh), jati (kelahiran); Jasa Marana (tua dan mati).
b)      Penciptaan Alam
Terbentuknya alam semesta menurut ajaran Buddha berawal dari cahaya. Namun karena ketamakan diri manusia, membuat alam semesta dan bumi ini terbentuk seperti sekarang ini. Hal ini tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses yang panjang dan menghabiskan waktu berabad-abad lamanya. Dalam prosesnya, alam semesta hanya terbentang ini tidak terbatas dalam ruang dan waktu. Ada tiga susunan alam semesta, yaitu:
                    i.            Alam hawa nafsu (kamavacara), alam ini terdiri dari bahan-bahan kasar dan unsur-unsur bumi (api, air dan udara) yang didiami oleh makhluk-makhluk berbadan kasar (jasmani).
                  ii.            Alam bentuk (rupavacara), alam ini didiami oleh dewa-dewa yang masih memiliki badan yang lebih halus, tetapi tidak memiliki hawa nafsu.
                iii.            Alam yang tidak ada bentuk (arupavacara), pada alam ini didiami oleh dewa-dewa yang tidak berbadan, artinya masuk kea lam ini setelah pengheningan cipta (nibana).
Kisah kejadian alam semesta dan manusia diuraikan oleh Buddha dalam Dighya Nikaya, Agganna Sutta, dan Bahmajala Sutta. Dalam Agganna Sutta diterangkan bahwa sebelum terbentuknya dunia baru yang ditempati manusia, dunia yang lama mengalami kehancuran (kiamat). Setelah melewati satu masa yang lama sekali, maka terbentuklah dunia yang baru. Dan seiring dengan itu, lahir pula makhluk-makhluk yang mati di alam cahaya (ambhasara). Mereka lahir secara spontan sebagai makhluk di bumi yang baru terbentuk itu. Makhluk tersebut hidup dari ciptaan batin (manomaya), memiliki tubuh yang bercahaya dan melayang-layang. Pada saat itu belum ada laki-laki dan perempuan, mereka hanya dikenal sebagai makhluk saja.
Sebagian makhluk memiliki tubuh yang indah, sebagian makhluk lainnya memiliki tubuh yang buruk. Oleh karena hal ini, mereka memandang rendah makhluk yang bertubuh buruk, sehingga sari tanah yang mereka makan lenyap. Selanjutnya, tumbuh-tumbuhan menjalar, kemudian timbul sejenis padi purba, namun karena keserakahan dan kemalasan mereka (menuai padi untuk disimpan lama), sehingga batang padi yang dipotong tidak tumbuh lagi dalam waktu yang lama (masa menunggu).
Berdasarkan apa yang mereka makan, bentuk tubuh mereka semakin padat, dan perbedaan tubuh mereka semakin Nampak jelas. Wanita lebih jelas kewanitaannya (itthilinga) dan laki-laki lebih jelas kelaki-lakiannya (purisalinga). Mulai sejak itu, laki-laki memperhatikan wanita dan wanita memperhatikan laki-laki. Sehingga muncullah nafsu birahi (indriya) yang membara. Sebagai akibat munculnya nafsu ini, mereka melakukan hubungan seks yang kemudian menghasilkan keturunan.
(Sumber: Tony Tedjo, Mengenal agama Hindu, Buddha, Khong Hucu, Pionir Jaya, Bandung: 2011)
c)      Hubungan Manusia dan Alam
Pandangan ajaran Buddha terhadap alam (alam semesta)
Menurut sang Buddha, bahwa sifat segala sesuatu adalah terus berubah (anicca). Begitu pula dengan sifat alam. Alam bersifat dinamis dan kinetik, selalu berproses dengan seimbang. Unsur-unsur alam yang tampak dalam pandangan Buddha ada empat, yakni unsur padat (pathavi), cair (apo), panas (tejo), gerak (vayo).
Hukum yang berlaku pada alam(alam semesta) dapat dikategorikan dalam lima aturan yang disebut panca niyamadhamma, yaitu utuniyama (hukum fisika), bijaniyama (hukum biologi), cittaniyama (hukum psikologis), kammaniyama (hukum moral), dhammaniyama (hukum kausalitas).
Pandangan ajaran Buddha terhadap makhluk hidup (manusia dan hewan)
Makhluk hidup dalam ajaran Buddha, terdiri dari manusia dan hewan. Tumbuhan tidak termasuk. Makhluk hidup(manusia dan hewan) tersusun atas lima kelompok kehidupan yang disebut lima khandha, yang terdiri dari rupa (wujud yang tampak/badan jasmani), vedana (perasaan), sanna(pencerapan,mengingat), sankhara (keadaan-keadaan pikiran), vinnana (kesadaran). Lima khandha ini secara ringkas disebut jasmani dan batin (rupadan nama).
Sang Buddha menyadari bahwa segala sesuatu yang berkondisi bersifat tidak kekal atau selalu berubah-ubah (anicatta),  tidak memuaskan atau menderita (dukkhata), dan bersifat tidak mempunyai inti yang kekal (anattata). Jadi makhluk hidup—manusia dan hewan— sebagai sesuatu yang berkondisi mempunyai sifat anicca, dukkha, dan anatta.

Komentar