AJARAN
HINDU DHARMA TENTANG ETIKA (SUSILA)
RESUME
KELOMPOK
5
Ismail
Sholeh : 1113032100040
Sukmaya:
1113032100043
Wahid
muhammad : 1113032100068
Usup
mardani: 1113032100072
AJARAN
HINDU DHARMA TENTANG ETIKA (SUSILA)
A. Pengertian
Susila
Susila
berasal dari kata “su” dan “sila”. Su adalah awalan yang berarti amat baik,
atau sangat baik, mulia, dan indah. Sedangkan kata sila berarti tingkah laku
atau kelakuan.
Jadi
Susila berarti tingkah laku atau kelakuan yang baik atau mulia yang harus
menjadi pedoman hidup manusia. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk
sosial. Sebagai individu manusia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorong
ia berbuat baik dan bertindak. Berbuat yang baik (Susila) yang selaras dengan
ajaran agama atau dharma adalah cermin dari manusia yang Susila. Manusia Susila
adalah manusia yang memiliki budhi pekerti tinggi yang bisa diterima oleh
lingkungan di mana orang itu berada.
Demi
tegaknya kebenaran dan keadilan di dunia ini manusia yang ber-Susila atau
bertingkah laku yang baik sangat diharapkan. Manusia yang susila adalah
penyelamat dunia (Tri Buana) dengan segala isinya. Apapun yang dilakukan oleh
orang Susila tentu akan tercapai. Sebab, Sang Hyang Widhi Wasa akan selalu
menyertainya. Orang-orang di sekitarnya selalu hormat dan menghargainya. Kalau
saja di dunia ini tidak ada orang yang Susila maka sudah tentu dunia ini akan
hancur dilanda oleh ke-Dursilaan atau kejahatan. Sebab, Susila merupakan alat
untuk menjaga Dharma.
Pengertian
Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik
yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta
(lingkungan) yang berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih
sayang.
Pada
hakekatnya hanya dari adanya pikiran yang benar akan menimbulkan perkataan yang
benar sehingga mewujudkan perbuatan yang benar pula. Dengan ungkapan lain
adalah satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Memahami
Beberapa Ajaran Agama Hindu yang Berhubungan dengan Susila, Ada banyak
pelajaran Agama Hindu yang berhubungan dengan pemahaman susila di antaranya:
1. Filsafat
Tat Twam Asi
Tat
Twam Asi berasal dari kata “Tat” yang berarti “Itu”, “Twam” berarti “Kamu”, dan
“Asi” berarti “adalah”. Jadi Tat Twam Asi dapat diartikan menjadi “Itu adalah
Kamu”. Kata “Itu” dapat pula diartikan sebagai “Dia” sehingga Tat Twam Asi
dapat bermakna “Dia adalah Kamu”. Secara bebas dapat pula diterjemahkan menjadi
“Kamu adalah Dia” jadi kamu adalah dia itu adalah sama saja. Ini berarti bahwa
semua manusia pada hakekatnya adalah sama. Jika dilihat dari segi Atman atau
jiwanya, maka Tat Twam Asi dapat diartikan sebagai “jiwa orang itu adalah jiwa
kamu”. Jadi Atman orang ini dan Atman orang itu adalah sama. Atman itu memang
sama karena bersumber dari percikan sinar suci Tuhan Yang Satu. Semua manusia
sebenarnya memang bersaudara.
Dalam
filsafat Hindu dijelaskan bahwa Tat Twam Asi adalah ajaran kesusilaan yang
tanpa batas, yang identik dengan prikemanusiaan dan Pancasila. Konsepsi sila
prikemanusiaan dalam Pancasila, bila kita cermati secara sungguh-sungguh
merupakan realisasi ajaran Tat Twanm Asi yang terdapat dalam kitab seci Weda.
Dengan demikian, dapat dikatakan mengerti dan memahami serta
mengamalkan/melaksanakan Pancasila berarti telah melaksanakan ajaran Weda.
Karena maksud yang terkandung di dalam ajaran Tat Twain Asi ini “ia adalah
kamu, saya adalah kamu, dan semua makhluk adalah sama”, sehingga bila kita
menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri.
Tat
Twam Asi adalah ajaran moral yang bernafaskan ajaran Agama Hindu Wujud nyata/rill
dari ajaran ini dapat kita cermati dalam kehidupan dan prilaku keseharian dari
umat manusia yang bersangkutan. Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam
kebutuhan hidup yang dimotivasi oleh keingina: (kama) manusia yang
bersangkutan. Sebutan manusia sebagai makhluk hidup banyak jenis, sifat, dan
ragamnya, seperti sebutan manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius,
ekonomis, dan budaya. Semua itu harus dapat di penuhi oleh manusia secara
menyeluruh dan bersamaan tanpa memperhitungkan situasi dan kondisi serta
keterbatasan yang dimilikinya. Betapa pun susah yang dirasakan oleh individu
yang bersangkutan. Di sinilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa
kebersamaan, sehingga seberapa berar masalah yang dihadapinya akan terasa ringan.
Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat
merasakan berat dan ringan dalam hidup dan kehidupan ini. Kita tahu bahwa berat
dan ringan. (Rwabhineda) itu ada dan selalu berdampingan serta sulit dipisahkan
keberadaannya. Demikian adanya maka dalam hidup ini kita hendaknya selalu
saling tolong menolong, merasa senasib dan sepenanggungan.
2. Pengertian
Cubhakarma (perbuatan baik) dan jenis-jenisnya
Cubhakarma
berasal dari bahasa sanskerta yang berarti perbuatan baik. Cubhakarma terbagi
menjadi 12 yaitu:
1) Tri
Kaya Parisuda
Tri
Kaya Parisuda berasal dari kata tri artinya tiga, kaya berarti tingkah laku dan
parisuda mulia atau bersih. Tri Kaya Parisuda dengan demikian berarti tiga tingkah
laku yang mulia (baik).
Adapun
tiga tingkah laku yang baik termaksud adalah:
Ø Manacika
(berpikir yang baik dan suci). Seseorang dapat dikatakan manacika apabila ia:
I.
Tidak menginginkan sesuatu yang tidak
halal.
II.
Tidak berpikir buruk terhadap sesama
manusia atau mahluk lainnya.
III.
Yakin dan percaya terhadap hukum karma.
Ø Wacika
(berkata yang baik dan benar). Seseorang dapat dinyatakan sebagai wacika,
apabila ia:
I.
Tidak mencaci maki orang lain.
II.
Tidak berkata-kata yang kasar kepada
orang lain.
III.
Tidak memfitnah atau mengadu domba
IV.
Tidak ingkar janji.
Ø Kayika
(berbuat yang baik dan jujur). Seseorang dapat dikatakan kayika, manakala ia:
I.
Tidak menyiksa, menyakiti atau membunuh.
II.
Tidak berbuat curang, mencuri atau
merampok.
III.
Tidak berzina
2) Catur
Paramita
Catur
Paramita adalah empat bentuk budi luhur, yaitu Maitri, Karuna, Mudita dan
Upeksa. Maitri artinya lemah lembut, yang merupakan bagian budi luhur yang
berusaha untuk kebahagiaan segala makhluk. Karuna adalah belas kasian atau
kasih sayang, yang merupakan bagian dari budi luhur, yang menghendaki
terhapusnya pendertiaan segala makhluk. Mudita artinya sifat dan sikap
menyenangkan orang lain. Upeksa artinya sifat dan sikap suka menghargai orang
lain. Catur Paramita ini adalah tuntunan susila yang membawa masunisa kearah
kemuliaan.
3) Panca
Yama Bratha
Panca
Yama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam hubungannya dengan
perbuatan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian bathin. Panca Yama
Bratha ini terdiri dari lima bagian yaitu Ahimsa artinya tidak menyiksa dan
membunuh makhluk lain dengan sewenang-wenang, Brahmacari artinya tidak
melakukan hubungan kelamin selama menuntut ilmu, dan berarti juga pengendalian
terhadap nafsu seks, Satya artinya benar, setia, jujur yang menyebabkan
senangnya orang lain. Awyawahara atau Awyawaharita artinya melakukan usaha yang
selalu bersumber kedamaian dan ketulusan, dan Asteya atau Astenya artinya tidak
mencuri atau menggelapkan harta benda milik orang lain.
4) Panca
Nyama Bratha
Panca
Nyama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam tingkat mental untuk
mencapai kesempurnaan dan kesucian bathin, adapun bagian-bagian dari Panca
Nyama Bratha ini adalah Akrodha artinya tidak marah, Guru Susrusa artinya
hormat, taat dan tekun melaksanakan ajaran dan nasehat-nasehat guru,
Aharalaghawa artinya pengaturan makan dan minum, dan Apramada artinya taat
tanpa ketakaburan melakukan kewajiban dan mengamalkan ajaran-ajaran suci.
5) Sad
Paramita
Sad
Paramita adalah enam jalan keutamaan untuk menuju keluhuran. Sad Paramita ini
meliputi: Dana Paramita artinya memberi dana atau sedekah baik berupa materiil
maupun spirituil; Sila Paramita artinya berfikir, berkata, berbuat yang baik,
suci dan luhur; Ksanti Paramita artinya pikiran tenang, tahan terhadap
penghinaan dan segala penyebab penyakit, terhadap orang dengki atau perbuatan
tak benar dan kata-kata yang tidak baik; Wirya Paramita artinya pikiran,
kata-kata dan perbuatan yang teguh, tetap dan tidak berobah, tidak mengeluh
terhadap apa yang dihadapi. Jadi yang termasuk Wirya Paramita ini adalah
keteguhan pikiran (hati), kata-kata dan perbuatan untuk membela dan
melaksanakan kebenaran; Dhyana Paramita artinya niat mempersatukan pikiran
untuk menelaah dan mencari jawaban atas kebenaran. Juga berarti pemusatan
pikiran terutama kepada Hyang Widhi dan cita-cita luhur untuk keselamatan; Pradnya Paramita artinyaa kebijaksanaan dalam
menimbang-nimbang suatu kebenaran.
6) Catur
Aiswarya
Catur
Aiswarya adalah suatu kerohanian yang memberikan kebahagiaan hidup lahir dan
batin terhadap makhluk. Catur Aiswarya terdiri dari Dharma, Jnana, Wairagya dan
Aiswawarya. Dharma adalah segala perbuatan yang selalu didasari atas kebenaran;
Jnana artinya pengetahuan atau kebijaksanaan lahir batin yang berguna demi
kehidupan seluruh umat manusia. Wairagya artinya tidak ingin terhadap kemegahan
duniawi, misalnya tidak berharap-harap menjadi pemimpin, jadi hartawan, gila
hormat dan sebagainya; Aiswarya artinya kebahagiaan dan kesejahteraan yang
didapatkan dengan cara (jalan) yang baik atau halal sesuai dengan hukum atau
ketentuan agama serta hukum yang berlaku di dalam masyarakat dan negara
7) Asta
Siddhi
Asta
Siddhi adalah delapan ajaran kerohanian yang memberi tuntunan kepada manusia
untuk mencapai taraf hidup yang sempurna dan bahagia lahir batin. Asta Siddhi
meliputi: Dana artinya senang melakukan amal dan derma; Adnyana artinya rajin
memperdalam ajaran kerohanian (ketuhanan); Sabda artinya dapat mendengar wahyu
karena intuisinya yang telah mekar; Tarka artinya dapat merasakan kebahagiaan
dan ketntraman dalam semadhi; Adyatmika Dukha artinya dapat mengatasi segala
macam gangguan pikiran yang tidak baik; Adidewika Dukha artinya dapat mengatasi
segala macam penyakit (kesusahan yang berasal dari hal-hal yang gaib), seperti
kesurupan, ayan, gila, dan sebagainya. Adi Boktika artinya dapat mengatasi
kesusahan yang berasal dari roh-roh halus, racun dan orang-orang sakti; dan
Saurdha adalah kemampuan yang setingkat dengan yogiswara yang telah mencapai
kelepasan.
8) Nawa
Sanga
Nawa
Sanga terdiri dari: Sadhuniragraha artinya setia terhadap keluarga dan rumah
tangga; Andrayuga artinya mahir dalam ilmu dan dharma; Guna bhiksama artinya
jujur terhadap harta majikan; Widagahaprasana artinya mempunyai batin yang
tenang dan sabar; Wirotasadarana artinya berani bertindak berdasarkan hukum;
Kratarajhita artinya mahir dalam ilmu pemerintahan; Tiagaprassana artinya tidak
pernah menolak perintah; Curalaksana artinya bertindak cepat, tepat dan
tangkas; dan Curapratyayana artinya perwira dalam perang.
9) Dasa
Yama Bratha
Dasa
Yama Bratha adalah sepuluh macam
pengendalian diri, yaitu Anresangsya atau Arimbhawa artinya tidak mementingkan
diri sendiri; Ksama artinya suka mengampuni dan
dan tahan uji dalam kehidupan;
Satya artinya setia kepada ucapan sehingga menyenangkan setiap orang;
Ahimsa artinya tidak membunuh atau menyakiti makhluk lain; Dama artinya menasehati
diri sendiri; Arjawa artinya jujur dan mempertahankan kebenaran; Priti artinya
cinta kasih sayang terhadap sesama mahluk; Prasada artinya berfikir dan berhati
suci dan tanpa pamerih; Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan
santun; dan Mardhawa artinya rendah hati; tidak sombong dan berfikir halus.
10) Dasa
Nyama Bratha
Dasa
Nyama Bratha terdiri dari: Dhana artinya suka berderma, beramal saleh tanpa
pamerih; Ijya artinya pemujaan dan sujud kehadapan Hyang Widhi dan leluhur;
Tapa artinya melatih diri untuk daya tahan dari emosi yang buruk agar dapat
mencapai ketenangan batin; Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap
Hyang Widhi; Upasthanigraha artinya mengendalikan hawa nafsu birahi (seksual);
Swadhyaya artinya tekun mempelajari ajaran-ajaran suci khususnya, juga
pengetahuan umum; Bratha artinya taat akan sumpah atau janji; Upawasa artinya
berpuasa atau berpantang trhadap sesuatu makanan atau minuman yang dilarang
oleh agama; Mona artinya membatasi perkataan; dan Sanana artinya tekun melakukan
penyician diri pada tiap-tiap hari dengan cara mandi dan sembahyang.
11) Dasa
Dharma
Yang
disebut Dasa Dharma menurut Wreti Sasana, yaitu Sauca artinya murni rohani dan
jasmani; Indriyanigraha artinya mengekang indriya atau nafsu; Hrih artinya tahu
dengan rasa malu; Widya artinya bersifat bijaksana; Satya artinya jujur dan
setia terhadap kebenaran; Akrodha artinya sabar atau mengekang kemarahan; Drti
artinya murni dalam bathin; Ksama artinya suka mengampuni; Dama artinya kuat
mengendalikan pikiran; dan Asteya artinya tidak melakukan kecurangan.
12) Dasa
Paramartha
Dasa
Paramartha ialah sepuluh macam ajaran kerohanian yang dapat dipakai penuntun
dalam tingkah laku yang baik serta untuk mencapai tujuan hidup yang tertinggi
(Moksa). Dasa Paramartha ini terdiri dari: Tapa artinya pengendalian diri lahir
dan bathin; Bratha artinya mengekang hawa nafsu; Samadhi artinya konsentrasi
pikiran kepada Tuhan; Santa artinya selalu senang dan jujur; Sanmata artinya
tetap bercita-cita dan bertujuan terhadap kebaikan; Karuna artinya kasih sayang
terhadap sesama makhluk hidup; Karuni artinya belas kasihan terhadap
tumbuh-tumbuhan, barang dan sebagainya; Upeksa artinya dapat membedakan benar
dan salah, baik dan buruk; Mudhita artinya selalu berusaha untuk dapat
menyenangkan hati oranglain; dan Maitri artinya suka mencari persahabatan atas
dasar saling hormat menghormati.
3. Pengertian
Acubhakarma (perbuatan tidak baik) beserta jenis-jenisnya
Acubhakarma
adlah segala tingkah laku yang tidak baik yang selalu menyimpang dengan Cubhakarma
(perbuatan baik). Acubhakarma (perbuatan tidak baik) ini, merupakan sumber dari
kedursilaan, yaitu segala bentuk perbuatan yang selalu bertentangan dengan
susila atau dharma dan selalu cenderung mengarah kepada kejahatan. Semua jenis
perbuatan yang tergolong acubhakarma ini merupakan larangan-larangan yang harus
dihindari di dalam hidup ini. Karena semua bentuk perbuatan acubhakarma ini
menyebabkan manusia berdosa dan hidup menderita. menurut agama Hindu,
bentuk-bentuk acubhakarma yang harus dihindari di dalam hidup ini adalah:
I.
Tri Mala
Tri
Mala adalah tiga bentuk prilaku manusia yang sangat kotor, yaitu Kasmala ialah
perbuatan yang hina dan kotor, Mada yaitu perkataan, pembicaraan yang dusta dan
kotor, dan Moha adalah pikiran, perasaan yang curang dan angkuh.
II.
Catur Pataka
Catur
Pataka adalah empat tingkatan dosa sesuai dengan jenis karma yang menjadi
sumbernya yang dilakukan oleh manusia yaitu Pataka yang terdiri dari Brunaha
(menggugurkan bayi dalam kandungan); Purusaghna (Menyakiti orang), Kaniya Cora
(mencuri perempuan pingitan), Agrayajaka (bersuami isteri melewati kakak), dan
Ajnatasamwatsarika (bercocok tanam tanpa masanya); Upa Pataka terdiri
dariGowadha (membunuh sapi), Juwatiwadha (membunuh gadis), Balawadha (membunuh
anak), Agaradaha (membakar rumah/merampok); Maha Pataka terdiri dari
Brahmanawadha (membunuh orang suci/pendeta), Surapana (meminum alkohol/mabuk),
Swarnastya (mencuri emas), Kanyawighna (memperkosa gadis), dan Guruwadha
(membunuh guru); Ati Pataka terdiri dari Swaputribhajana (memperkosa saudara
perempuan); Matrabhajana (memperkosa ibu), dan Lingagrahana (merusak tempat
suci).
III.
Panca Bahya Tusti
Adalah
lima kemegahan (kepuasan) yang bersifat duniawi dan lahiriah semata-mata, yaitu
Aryana artinya senang mengumpulkan harta kekayaan tanpa menghitung baik buruk
dan dosa yang ditempuhnya; Raksasa artinya melindungi harta dengan jalan segala
macam upaya; Ksaya artinya takut akan berkurangnya harta benda dan
kesenangannya sehingga sifatnya seing menjadi kikir; Sangga artinya doyan mencari
kekasih dan melakukan hubungan seksuil; dan Hingsa artinya doyan membunuh dan
menyakiti hati makhluk lain.
IV.
Panca Wiparyaya
Adalah
lima macam kesalahan yang sering dilakukan manusia tanpa disadari, sehingga
akibatnya menimbulkan kesengsaraan, yaitu: Tamah artinya selalu
mengharap-harapkan mendapatkan kenikmatan lahiriah; Moha artinya selalu
mengharap-harapkan agar dapat kekuasaan dan kesaktian bathiniah; Maha Moha
artinya selalu mengharap-harapkan agar dapat menguasai kenikmatan seperti yang
tersebut dalam tamah dan moha; Tamisra artinya selelu berharap ingin
mendapatkan kesenangan akhirat; dan Anda Tamisra artinya sangat berduka dengan
sesuatu yang telah hilang.
V.
Sad Ripu
Sad
Ripu adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat manusia itu sendiri,
yaitu Kama artinya sifat penuh nafsu indriya; Lobha artinya sifat loba dan
serakah; Krodha artinya sifat kejam dan pemarah; Mada adalah sifat mabuk dan
kegila-gilaan; Moha adalah sifat bingung dan angkuh; dan Matsarya adalah sifat
dengki dan irihati.
VI.
Sad Atatayi
Adalah
enam macam pembunuhan kejam, yaitu Agnida artinya membakar milik orang lain;
Wisada artinya meracun orang lain; Atharwa artinya melakukan ilmu hitam;
Sastraghna artinya mengamuk (merampok); Dratikrama artinya memperkosa
kehormatan orang lain; Rajapisuna adalah suka memfitnah.
VII.
Sapta Timira
Sapta
Timira adalah tujuh macam kegelapan pikiran yaitu: Surupa artinya gelap atau mabuk karena
ketampanan; Dhana artinya gelap atau mabuk karena kekayaan; Guna artinya gelap
atau mabuk karena kepandaian; Kulina artinya gelap atau mabuk karena keturunan;
Yowana artinya gelap atau mabuk karena keremajaan; Kasuran artinya gelap atau
mabuk karena kemenangan; dan Sura artinya mabuk karena minuman keras.
VIII.
Dasa Mala
Artinya
adalah sepuluh macam sifat yang kotor. Sifat-sifat ini terdiri dari Tandri
adalah orang sakit-sakitan; Kleda adalah orang yang berputus asa; Leja adalah
orang yang tamak dan lekat cinta; Kuhaka adalah orang yang pemarah, congkak dan
sombong; Metraya adalah orang yang pandai berolok-olok supaya dapat
mempengaruhi teman (seseorang); Megata adalah orang yang bersifat lain di mulut
dan lain di hati; Ragastri adalah orang yang bermata keranjang; Kutila adalah
orang penipu dan plintat-plintut; Bhaksa Bhuwana adalah orang yang suka
menyiksa dan menyakiti sesama makhluk; dan Kimburu adalah orang pendengki dan
iri hati.
Komentar
Posting Komentar