RESUME
Disusun
Oleh:
Kelompok Lima (5)
Ismail Sholeh : 1113032100040
Wahid Muhammad : 1113032100068
Sukmaya : 1113032100043
Yudi Attahrim : 1113032100061
Usup Mardani : 11130321000
A.
SEJARAH
KEDATANGAN HINDU-BUDDHA KE INDONESIA
Masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia melalui proses yang panjang.
Berbagai pendapat para ahli meskipun masih berupa dugaan sementara, cukup
berguna untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana proses masuk dan
berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Teori tentang masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada
dasarnya dapat dibagi dalam dua pandangan. Pendapat pertama menekankan pada
peran aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan Hindu-Budha (teori Waisya,
teori Ksatria, dan teori Brahmana. Pendapat kedua mengemukakan peran aktif
orang-orang Indonesia dalam menyebarkan agama Hindu-Budha di Indonesia (teori
Arus Balik)
1.
Waisya
Teori Waisya dikemukakan oleh NJ. Krom yang menyatakan bahwa
golongan Waisya (pedagang) merupakan golongan terbesar yang berperan dalam
menyebarkan agama dan kebudyaan Hindu-Budha. Para pedagang yang sudah terlebih
dahulu mengenal Hindu-Budha datang ke Indonesia selain untuk berdagang mereka
juga memperkenalkan Hindu-Budha kepada masyarakat Indonesia. Karena pelayaran
dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim, maka dalam waktu
tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk
kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap, memungkinkan
terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah pengaruh
kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
2.
Teori
Ksatria
Teori Ksatria berpendapat bahwa penyebaran kebudayaan Hindu-Budha
yang dilakukan oleh golongan ksatria. Pendukung teori Ksatria, yaitu:
C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria turut menyebarkan
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat
konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan
oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu
kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan
itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala
suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan
mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi.
Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
Mookerji mengatakan bahwa golongan ksatria dari Indialah yang
membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini
selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.
J.L. Moens menjelaskan bahwa proses terbentuknya kerajaan-kerajaan
di Indonesia pada awal abad ke-5 ada kaitannya dengan situasi yang terjadi di
India pada abad yang sama. Sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga
kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya
mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.
3.
Brahmana
Teori ini dikemukakan oleh Jc.Van Leur yang menyatakan
bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Budha yang datang ke Indonesia dibawa oleh
golongan Brahmana (golongan agama) yang sengaja diundang oleh penguasa
Indonesia. Pendapatnya didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa
peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama
pada prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Di
India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan
hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.
Teori ini mempertegas bahwa hanya kasta Brahmana yang memahami
ajaran Hindu secara utuh dan benar. Para Brahmanalah yang mempunyai hak dan
mampu membaca kitab Weda (kitab suci agama Hindu) sehingga penyebaran agama
Hindu ke Indonesia hanya dapat dilakukan oleh golongan Brahmana.
4.
Teori
Arus Balik
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang menjelaskan peran aktif
orang-orang Indonesia dalam penyebaran kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India
yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Karena pengaruhnya itu,
ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada
perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India
untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha di India. Sekembalinya di
Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada masyarakat Indonesia yang lain.
B.
PERKEMBANGAN
AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
Tersebamya pengaruh Hindu dan Buddha di Indonesia menyebabkan
terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Perubahan-perubahan itu terlihat dengan jelas pada kehidupan masyarakat
Indonesia di berbagai daerah di Indonesia.
1)
Fakta
tentang Proses Interaksi Masyarakat di Berbagai Daerah dengan Tradisi
Hindu-Buddha
Munculnya pengaruh Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar
dan dapat terlihat melalui beberapa hal seperti:
i.
Seni
Bangunan
Seni bangunan yang menjadi bukti berkembangnya pengaruh
Hindu-Buddha di Indonesia pada bangunan Candi. Candi Hindu maupun Candi Buddha
yang ditemukan di Sumatera, Jawa dan Bali pada dasarnya merupakan perwujudan
akulturasi budaya lokal dengan bangsa India. Pola dasar candi merupakan
perkembangan dari zaman prasejarah tradisi megalitikum, yaitu bangunan punden
berundak yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga menjadi wujud candi,
seperti Candi Borobudur.
ii.
Seni
Rupa/Seni Lukis
Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal
ini terbukti dengan telah ditemukannya area Buddha berlanggam Gandara di kota
Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng
(Sulawesi Selatan). Seni rupa India pada Candi Borobudur ada pada relief-relief
cerita Sang Buddha Gautama. Relief pada Candi Borobudur pada umumnya lebih
menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah
panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, juga terdapat hiasan perahu
bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia, karena
lukisan seperti itu tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang ada di India.
Juga relief Candi Prambanan yang memuat ceritera Ramayana.
iii.
Seni
Sastra
Seni sastra India turut memberi corak dalam seni sastra Indonesia.
Bahasa Sanskerta sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra
Indonesia. Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha di
Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat,
Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa
iv.
Kalender
Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia
merupakan wujud dari akulturasi, yaitu dengan penggunaan tahun Saka. Di samping
itu, juga ditemukan Candra Sangkala atau kronogram dalam usaha memperingati
peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala adalah angka huruf
berupa susunan kalimat atau gambaran kata. Bila berupa gambar harus dapat
diartikan ke dalam bentuk kalimat.
v.
Kepercayaan
dan Filsafat
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa
Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh
nenek moyang. Kepercayaannya itu bersifat animisme dan dinamisme. Kemudian,
masuknya pengaruh Hindu-Buddha, ke Indonesia mengakibatkan terjadinya
akulturasi. Masuk dan berkembangnya pengaruh terutama terlihat dari segi
pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan dewa-dewa alam.
vi.
Pemerintahan
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha, bangsa Indonesia telah
mengenal sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan kepala suku berlangsung
secara demokratis, yaitu salah seorang kepala suku merupakan pemimpin yang
dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki kelebihan dari anggota kelompok
suku lainnya. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata
pemerintahan disesuaikan dengan sistem kepala pemerintahan yang berkembang di
India. Seorang kepala pemerintahan bukan lagi seorang kepala suku, melainkan
seorang raja, yang memerintah wilayah kerajaannya secara turun-temurun (Bukan
lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan oleh keturunan).
C.
PERBEDAAN
DAN PERSAMAAN HINDU-BUDDHA DI INDIA DAN INDONESIA
Persamaan dan perbedaan Agama Hindu-Buddha di India, Jawa dan Bali Dilihat
dari sisi luar, perbedaan antara Hindu Indonesia dengan Hindu India sangat
kentara. Baik dari makanan yang dimakan, Pakaian sembahyang, Hari Suci yang
dirayakan maupun hal-hal lain yang bisa dilihat dengan kasat mata. Sebagai
contoh, orang-orang india dimana Veda diwahyukan, mereka mayoritas vegetarian,
sementara orang Hindu Indonesia (Bali,Jawa) mayoritas non vegetarian. Umat
hindu Bali dan Jawa sembahyang tiga kali yang disebut dengan Tri Sandhya,
sedangkan umat hindu dari India biasanya sembahyang dua kali pagi dan sore.
Salah satu contoh kesamaan ajaran yang bisa dijumpai di berbagai
daerah di Indonesia maupun di India adalah Lima Keyakinan yang dikenal dengan
nama Panca Sradda yaitu:
Percaya dengan adanya Tuhan,
Percaya dengan adanya Atman,
Percaya dengan adanya Hukum
Karma Phala,
Percaya dengan adanya Reinkarnasi/Punarbawa/Samsara,
Percaya dengan adanya Moksa.
Di Bali ada lagi lontar-lontar yang ditulis oleh para Mpu yang
telah mencapai tingkatan spiritual yang tinggi seperti: lontar sundari gama,
lontar buana kosa, lontar sangkul putih, dan lain-lain.
Ø Perbedaan Agama Hindu-Buddha di India, Jawa dan Bali
Perbedaan mulai tampak pada kerangka dasar yang ketiga yaitu yang
disebut dengan Upacara atau Ritual dan Hari Raya. Di sini tradisi dari
masing-masing wilayah mewarnai setiap upacara yang ada. Histori di setiap
daerah pun berbeda, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dalam perjalanan
juga tidak sama, sehingga melahirkan perayaan Hari Raya yang berbeda guna
memperingati peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kehidupan manusia yang
pernah terjadi, yang nantinya bisa selalu diingat dan dijadikan suri teladan
dalam mengarungi kehidupan di maya pada ini.
Jangankan Hindu India dan Indonesia, antara Hindu Bali dengan di
Jawa saja ada banyak perbedaan, untuk memahami perbedaan-perbedaan ini mari
kita tengok sejarah perkembangan Hindu di Bali seperti yang dituturkan oleh Ida
Pandita Nabe Sri Bhagavan Dwija dalam karyanya: “Hindu dalam Wacana Bali Sentris”
D.
Hindu
Dharma dan Buddha Dharma
Hindu Dharma
Pada tahun 1958 Agama Hindu Bali mendapat tempat di kementrian
agama R.I. sesudah Agama Hindu Bali mendapat tempat di kementrian agama
dibentuklah Dewan Agama Hindu Bali, yang sesudah kongres disebut Parisada
Dharma Hindu Bali (1959), dan yang pada tahun 1964 diganti dengan Parisada
Hindu Bali, hingga sekarang.
Buddha Dharma
Buddha dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat
kehidupan berdasarkan pandangan terang yang dapat membebaskan manusia dari
kesesatan dan kegelapan batin dan penderitaan disebabkan ketidak puasan. Buddha
dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi, psikologi, falsafah,
kebatinan, metafisika, tata susila, etika dan sebagainya.
Dharma mengandung 4 makna Utama:
1. Doktrin
2. Hak, Keadilan,
Kebenaran
3. Kondisi
4. Barang yang kelihatan
atau fenomena.
Komentar
Posting Komentar